Pecinta Sejati

Posted by fadlilahhusain 

Bicara tentang cinta, selalu tersedia segunung kata, sesamudera ungkapan rasa. Cinta bukan sekedar indah tapi  juga agung dan tidak akan  dapat direkayasa, apalagi dihadirkan dengan tipu daya.
Ini cerita cinta, yang baru diyakini kehadiranya  setelah menjalani cerita panjang kehidupan, berliku dan jatuh bangun (seperti lagu dangdut versi Kristina..he he).
Besarnya pengorbanan untuk mendapatkannya, membuat cinta menjadi sangat bernilai, dan sungguh pantas dibingkai emas, atau digantung di awan agar semua orang bisa melihat, dan seolah berseru..,  “haaaii lihatlah cinta ini, indah, kokoh dan bersinar, adakah orang yang  memiliki cinta seagung ini??”.  Meski dihati kecil berkata, ‘ah lebay’, karena kita  yakin bahwa  orang lain pasti juga memiliki cintanya sendiri, yang menurut mereka tidak kalah menakjubkannya.
Namun, terlepas dari segala apa yang kita rasa tentang cinta kita sendiri,  sejatinya.., yang ingin diungkapkan dalam tulisan ini adalah; bahwa hakikat cinta hanya bisa diyakini dan dirasakan keberadaannya setelah melalui ujian  panjang, terjal dan berliku.
Ujian cinta yang kumaksud berbeda dengan Ujian Nasional (UN) yang digelar pemerintah. Ujian yang  dasar, arah dan tujuannya masih diperdebatkan, serta penilain yang hanya didasarkan pada empat atau enam mata pelajaran saja, ditambah lagi pelaksanaanya yang hanya ditempuh dalam empat atau lima hari saja. Setelah itu dinyatakan LULUS atau tidak.
Ujian yang dimaksud adalah dimana cinta diuji dari segala aspek kehidupan yang melibatkan seluruh fungsi jiwa, .. nah..pembahasan kita menjadi semakin berat?? ah tidak juga!.. teruskan saja membaca.
Kesabaran, keikhlasan, pengorbanan, waktu, kesetiaan dan keimanan serta kepercayaan, adalah beberapa komponen yang menjadi mata uji, untuk menguji cinta.
Segala kelebihan dan kegemerlapan pasangan, pasti.. diterima dengan segenap sukacita. Namun mampukah kita bersukaria atas setiap kekurangan pasangan?, pecinta sejati adalah mereka yang paling tinggi tingkat penngakuannya terhadap seluruh kekurangan pasangannya, dan diterima tanpa syarat!. Di poin ini saja aku sudah hampir gagal, kalau saja tidak segera kusadari bahwa aku justeru memiliki lebih banyak kekurangan, yang kuingin hal itu diterima juga olehnya.
Kupinjam kalimat F. Rangkuti, teman di kompasiana,  dalam tulisannya yang berjudul “Mencintai Seseorang yang Tak Sempurna dengan Cara yang Sempurna”. Kutuliskan kembali di sini sebagai renungan:
Aku ingin memiliki jiwa pecinta yang sejati. Mencintaimu karena aku hanya ingin mencinta, tanpa harus tahu kalau kau mungkin adalah laki-laki paling tampan di seluruh dunia, laki-laki paling cerdas dan bijaksana yang kupunya, laki-laki paling kaya yang sanggup memberi apapun yang kuinginkan, laki-laki yang terhormat karena status dan kedudukanmu, atau laki-laki superhero yang bisa menaklukkan separuh dunia.
Atau…
Meskipun kau hanyalah laki-laki yang tidak setampan impianku, laki-laki yang tidak secerdas dan sebijaksana laki-laki lain yang kukagumi, laki-laki yang tidak selalu dapat memberi apa yang kuinginkan, laki-laki yang tidak memiliki status atau kedudukan apapun yang bisa membuatku berbangga bila berjalan di sampingmu, dan bukanlah laki-laki superhero yang bisa membuat separuh dunia tunduk hormat padamu…aku akan tetap mencintaimu…”
Baca kalimat di atas!,  dan renungkan pengalaman hidup yang telah dilalui..
Ahh.. ternyata..
Kita terlalu banyak mengeluhkan cara pasangan dalam mengejawantahkan rasa cintanya, kita banyak menuntut untuk diberi hanya dengan cara yang kita suka,  hanya ingin sesuatu untuk kepentingan kita.. egosentris? manusiawi?.. entahlah!.
Mari merenung!!..Pernahkah kita sampai ke suatu titik, di mana kita menyadari bahwa cinta itu tidak hanya satu warna, tidak sebatas satu aroma dan tidak mutlak satu rasa??
dapatkah diterima bahwa cinta tidak selalu berwarna pink, bahwa cinta kadang biru, kuning, merah, hitam bahkan abu-abu??. Pernahkah ada pengakuan bahwa cinta terkadang harum semerbak, tapi bisa juga berbau comberan, bau ketek bahkan bau jigong atau bau yang kita sendiri tidak sanggup menyebutkan??? (Saking busuknya ..iihh).
Mampukah memaklumi bahwa cinta terkadang  manis dan enak, bahkan enaak sekali, sampai biji mata terbeliak  (bukan karena juling..), tapi terkadang juga hambar, getir bahkan pahit??. Apapun warnanya dia tetap bernama cinta, apapun aromanya  cinta jua panggilannya, dan apapun rasanya dia adalah sejuta rasa cinta.
Tak usah pungkiri, cinta itu memang ada. Kalau tidak, bagaimana mungkin masih bertahan bersamanya? hitung!! berapa waktu dan umur yang dihabiskan bersamanya. berapa persen  enaknya dibanding sakitnya? Masih  mau menafikan adanya cinta??.
Atau anggap saja ketidakenakan dan ketidaknyamanan yang kerap diterima, adalah harga yang harus dibayar untuk seonggok cinta, karena cinta memang mahal harganya?. Percayakah bahwa berjuta orang di luar sana harus membayar jauh lebih mahal untuk mendapatkan, sedikit sekali dari seluruh cinta yang kita miliki?? hemmh..
Akhirnya,.. Meminjam kalimat Andri Jarot penyiar TVOne (TV Favorit suamiku), kalimat yang kerap diucapkan dalam setiap menutup acara ‘Apa Kabar Indonesia’, katanya: “kami hanya mengabarkan, andalah yang memutuskan”. Demikian halnya tulisan ini, saya hanya mengungkapkan anda pembacalah yang menentukan..Wassalam.
*tulisan ini kudedikasikan untuk puteriku yang selalu kucinta. “nak ini pelajaran tentang cinta, cinta dalam arti luas, cinta terhadap apapun dan terhadap siapapun”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baju Bodo Bugis