Gaji Dosen Versus Gaji Bidan
Hari ini saya kedatangan seorang kerabat, masih muda dan lajang, Ia pernah tinggal di rumahku beberapa tahun yang lalu, kala itu ia menempuh sekolah menengahnya di kotaku,
dan setelah ia menjalani kuliah D3 di kota lain , kini ia sudah menjadi seorang bidan, dan bekerja sebagai seorang PNS di sebuah desa terpencil. ia datang dalam rangka 'belanja mengisi toko ibunya' katanya. Ibunya memang memiliki sebuah toko elektronik di desanya.
Waktu makan malam, kami ngobrol seputar Indonesia....e..ehh maksudnya seputar pekerjaannya, bagaimana suka dukanya menjadi bidan desa, di mana kondisi alam yang tidak terlalu mendukung bahkan listrik pun hanya ada di malam hari saja, itupun cuma sampai pukul dua belas malam, selebihnya yaa.. gelap gulita. apa lagi fasilitas seadanya, belum lagi bila pasien menghalami masalah dalam proses persalinan, dan harus di rujuk ke rumah sakit yang ada di Kecamatan atau Kabupaten, yang artinya untuk sampai ke sana harus di tempuh dengan perahu atau speed boot menyeberangi sungai. dan tidak jarang peristiwa demikian terjadi di malam hari.
Mendengar ceritanya, terselip di kalbuku rasa kagum pada profesi bidan desa.. 'sungguh mulia tugas mereka...sama mulianya dengan profesi guru dan dosen', bidan berjuang membantu proses hadirnya sosok manusia untuk memulai kehidupan di dunia, sedangkan guru atau dosen membantu memberikan petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupannya.
Tiba-tiba saya penasaran..ingin tahu, --dengan tugas sedemikian agung-- kira-kira berapa penghasilannya, iseng-iseng saya tanya berapa gajinya, ia pun menyebutkan nominal gaji yang diperoleh setiap bulan, woww..."terperanjat"..mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan reaksiku tatkala mendengar jawabannya. Seorang bidan berlatar belakang pendidikan D3, dan masa kerja kurang lebih lima tahun, bergaji lebih tinggi, dari seorang dosen yang doktor dengan masa kerja duapuluh tahun!!!!!!. ternyata slogan 'pahlawan tanpa tanda jasa' tetap harus dikumandangkan..hmmm.
Mudah-mudahan saja (berharap.com) proses sertifikasiku tahun ini berjalan lancar, meski sempat ditunda karena saya diangap tidak berhak mengikuti sertifikasi, karena sedang studi. Dengan demikian kecemburuanku terhadap sosok bidan sedikit terobati.. amiin.. para pembaca tolong aminkan juga do'aku ini yah.. trimakasih untuk sumbangan amin-nya.
dan setelah ia menjalani kuliah D3 di kota lain , kini ia sudah menjadi seorang bidan, dan bekerja sebagai seorang PNS di sebuah desa terpencil. ia datang dalam rangka 'belanja mengisi toko ibunya' katanya. Ibunya memang memiliki sebuah toko elektronik di desanya.
Waktu makan malam, kami ngobrol seputar Indonesia....e..ehh maksudnya seputar pekerjaannya, bagaimana suka dukanya menjadi bidan desa, di mana kondisi alam yang tidak terlalu mendukung bahkan listrik pun hanya ada di malam hari saja, itupun cuma sampai pukul dua belas malam, selebihnya yaa.. gelap gulita. apa lagi fasilitas seadanya, belum lagi bila pasien menghalami masalah dalam proses persalinan, dan harus di rujuk ke rumah sakit yang ada di Kecamatan atau Kabupaten, yang artinya untuk sampai ke sana harus di tempuh dengan perahu atau speed boot menyeberangi sungai. dan tidak jarang peristiwa demikian terjadi di malam hari.
Mendengar ceritanya, terselip di kalbuku rasa kagum pada profesi bidan desa.. 'sungguh mulia tugas mereka...sama mulianya dengan profesi guru dan dosen', bidan berjuang membantu proses hadirnya sosok manusia untuk memulai kehidupan di dunia, sedangkan guru atau dosen membantu memberikan petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupannya.
Tiba-tiba saya penasaran..ingin tahu, --dengan tugas sedemikian agung-- kira-kira berapa penghasilannya, iseng-iseng saya tanya berapa gajinya, ia pun menyebutkan nominal gaji yang diperoleh setiap bulan, woww..."terperanjat"..mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan reaksiku tatkala mendengar jawabannya. Seorang bidan berlatar belakang pendidikan D3, dan masa kerja kurang lebih lima tahun, bergaji lebih tinggi, dari seorang dosen yang doktor dengan masa kerja duapuluh tahun!!!!!!. ternyata slogan 'pahlawan tanpa tanda jasa' tetap harus dikumandangkan..hmmm.
Mudah-mudahan saja (berharap.com) proses sertifikasiku tahun ini berjalan lancar, meski sempat ditunda karena saya diangap tidak berhak mengikuti sertifikasi, karena sedang studi. Dengan demikian kecemburuanku terhadap sosok bidan sedikit terobati.. amiin.. para pembaca tolong aminkan juga do'aku ini yah.. trimakasih untuk sumbangan amin-nya.
Komentar