"Tentang Mendengarkan"
Mampukah kita menjadi pendengar yang baik? mendengar dengan empati, atau mendengar dalam kerangka acuan orang lain, bukan dalam kerangka acuan diri sendiri. Dengan kata lain, kita mampu menyelami perasaan orang lain tanpa memberikan penilaian, apalagi nasehat yang bertubi-tubi tentang apa yang harus ia lakukan?..
Mendengar adalah aktifitas komunikasi yang jarang sekali dilatih. Seringkali kita mengajarkan cara menulis, membaca, dan berbicara kepada anak-anak atau siswa, namun kita lupa membiasakan anak menjadi pendengar yang efektif, mendengar sebagaimana yang saya sebutkan di atas.
Berikut adalah sesuatu tentang mendengarkan:
Saat aku memintamu untuk mendengarkan dan engkau mulai memberikan nasihat, engkau tidak melakukan apa yang kuminta.
Saat aku memintamu untuk mendengarkan dan engkau mulai bertutur mengapa seharusnya aku tak boleh merasa begitu, engkau menghina perasaanku.
Saat akau memintamu untuk mendengarkan dan engkau merasa harus melakukan sesuatu untuk memcahkan masalahku, engkau mengecewakanku, meski mungkin ini terdengar aneh.
Dengarkan!!!.. Aku hanya memintamu untuk mendengarkan; bukan berbicara atau berbuat--denganrkan saja aku...Aku bisa berbuat sendiri, aku bukan tak berdaya.
Mungkin agak kurang semangat dan kehilangan kepercayaan diri, tetapi bukan tak berdaya. Jika engkau melakukan sesatu untukku, padahal aku bisa dan harus kulakukan sendiri, engkau hanya menambah rasa takut dan persaan ketidakmampuanku.
Tapi, jika engkau menerima kenyataan bahwa aku merasakan apa yang aku rasakan, seberapapun tak masuk akalnya, maka aku berhenti berusaha meyakinkanmu, dan mulai berusaha memahami apa sebenarnya dibalik perasaanku yang tidak masuk akal itu. Dan jika hal itu sudah jelas, jawabannya pasti akan muncul dan aku tak perlu nasihat. (Ralph Roughton,MD., diadaptasi dari The 8th HABIT by: Stephen R.Covey)
Nah...mari membiasakan diri menjadi pendengar yang baik, oleh orang tua bagi anak-anaknya, pimpinan bagi bawahannya, isteri bagi suaminya dan seterusnya. Semoga dengan komunikasi yang baik akan tercipta harmonisasi dalam kehidupan.. amiin.
Mendengar adalah aktifitas komunikasi yang jarang sekali dilatih. Seringkali kita mengajarkan cara menulis, membaca, dan berbicara kepada anak-anak atau siswa, namun kita lupa membiasakan anak menjadi pendengar yang efektif, mendengar sebagaimana yang saya sebutkan di atas.
Berikut adalah sesuatu tentang mendengarkan:
Saat aku memintamu untuk mendengarkan dan engkau mulai memberikan nasihat, engkau tidak melakukan apa yang kuminta.
Saat aku memintamu untuk mendengarkan dan engkau mulai bertutur mengapa seharusnya aku tak boleh merasa begitu, engkau menghina perasaanku.
Saat akau memintamu untuk mendengarkan dan engkau merasa harus melakukan sesuatu untuk memcahkan masalahku, engkau mengecewakanku, meski mungkin ini terdengar aneh.
Dengarkan!!!.. Aku hanya memintamu untuk mendengarkan; bukan berbicara atau berbuat--denganrkan saja aku...Aku bisa berbuat sendiri, aku bukan tak berdaya.
Mungkin agak kurang semangat dan kehilangan kepercayaan diri, tetapi bukan tak berdaya. Jika engkau melakukan sesatu untukku, padahal aku bisa dan harus kulakukan sendiri, engkau hanya menambah rasa takut dan persaan ketidakmampuanku.
Tapi, jika engkau menerima kenyataan bahwa aku merasakan apa yang aku rasakan, seberapapun tak masuk akalnya, maka aku berhenti berusaha meyakinkanmu, dan mulai berusaha memahami apa sebenarnya dibalik perasaanku yang tidak masuk akal itu. Dan jika hal itu sudah jelas, jawabannya pasti akan muncul dan aku tak perlu nasihat. (Ralph Roughton,MD., diadaptasi dari The 8th HABIT by: Stephen R.Covey)
Nah...mari membiasakan diri menjadi pendengar yang baik, oleh orang tua bagi anak-anaknya, pimpinan bagi bawahannya, isteri bagi suaminya dan seterusnya. Semoga dengan komunikasi yang baik akan tercipta harmonisasi dalam kehidupan.. amiin.
Komentar
mungkin tante dilla juga mau mampir ke sini: http://yusufanas.blogspot.com/2011/02/saat-ini-seni-mendengarkan-agaknya.html