Manusia Pemakan Bangkai
By : Fadlilah Husain Jamil
Sumanto, pernah dengar nama itu?? tentu pernah, kalau belum, ini dia infonya; sumanto adalah seorang pria yang pernah menggegerkan pemberitaan nasional terkait prilaku yang ekstrim, yaitu memakan bangkai manusia!!!. ulahnya tersebut cukup mencengangkan sekaligus menjijikkan bagi siapapun yang mendengarnya.
hiii.. sosok pria ini seolah mewakili kenekatan kaum papa dalam mengatasi problem kepapannya.. sayangnya ia menampilkannya dengan cara norak, tanpa dilandasi ilmu pengetahuan dan logika keimanan.
Kita semua pasti sepakat (kecuali fans-nya sumanto, tentunya) bahwa apa yang telah dilakukan sumanto adalah pelecehan terhadap peradaban. Sepanjang sejarah ummat manusia, belum pernah ada pengakuan dan penerimaan terhadap budaya 'manusia memakan bangkai manusia' bagaimanapun buasnya manusia tersebut. Karena sejatinya bangkai (bangkai apapun itu), tidaklah tercipta untuk menjadi santapan bagi manusia. Terlebih manusia adalah makhluk termulia dari sekian banyak makhluk Tuhan di dunia, kemuliaan manusia tersebut ditandai adanya akal budi yang tidak dianugerahkan Allah SWT kepada makhluk lainnya.
Tapi biarlah sejarah menjadi pelajaran, cukuplah sumanto saja yang melakukan penyimpangan seperti itu, yang lain usah lah mengikuti jejaknya. dan cukuplah pula sampai di sini pembahasan tentang si aneh sumanto, karena tulisan ini memang tidak bermaksud mengupas tuntas tentang keanehannya. Namun, meski pembicaraan bukan lagi tentang sumanto, pembahasan selanjutnya masih tentang manusia yang juga identik dengan pemakan bangkai, yaitu si tukang gibah.
Kenapa gibah sampai diidentikkan dengan bangkai? memangnya apa itu gibah? berikut penjelasannya.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, gibah berarti membicarakan keburukan (kekurangan) orang lain. Sedangkan perumpamaan gibah sebagai memakan bangkai manusia disebutkan dalam ayat Al-Qur'an, penegasannya sebagai berikut:
"Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang." (QS. Al-Hujurat:12)
Ada beberapa ayat lain juga memperingatkan bagaimana pentingnya menjaga ucapan, seperti QS. Al-Isra' :12, QS. Qaf:18. ada pula beberapa hadis yang mengnjurkan selalu menjaga lisan, Hadis berikut adalah salah satunya:
"Dari Abu Musa ra, ia bertutur, "Aku bertanya, 'wahai Rasulullah, siapa yang paling utama di antara kaum muslimin?' Beliau menjawab, 'Ia adalah orang yang bisa menjaga lidah dan tangannya dari suka mengganggu dan melukai saudara-saudaranya sesama muslim," (Muttafaq alaih).
Dalam sebuah hadis dinyatakan, "Pada masa Rasulullah Saw. ada dua orang perempuan yang sedang mengerjakan puasa. Pada akhir siang menjelang sore, mereka merasa sangat lapar dan haus, sehingga hampir-hampir jatuh pingsan. Lalu keduanya menjumpai Rasulullah Saw. dan meminta izin untuk berbuka. Akan tetapi Rasulullah Saw. malah memberi mereka sebuah wadah, seraya berkata kepada mereka, 'muntahkanlah ke dalam wadah ini apa yang telah makan!' maka muntahlah salah seorang dari mereka berupa darah dan daging mentah sampai setengah wadah. Lalu muntah pula yang seorang lagi dengan muntahan persis seperti yang pertama, sehingga penuhlah wadah itu dengan muntahan keduannya. Maka heranlah orang-orang yang menyaksikannya. Lantas Rasulullah Saw. bersabda, Kedua wanita ini telah berpuasa dari apa yang telah dihalalkan Allah, akan tetapi mereka tidak mereka tidak berpuasa dari apa yang diharamkan Allah, keduannya suka mengumpat dan menggunjing orang (padahal hukumnya haram) sehingga inilah daging manusia, saudaranya sendiri yang mereka makan'."(Al-Ghazali, dalam Ihya' 'Ulumuddin:210)
Ayat dan Hadis di atas jelas sekali menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan hubungan sosial sesama manusia, dan secara eksplisit mengingatkan betapa pentingnya menjaga lidah dari membicarakan keburukan orang lain, demikian kejinya perbuatan tersebut sehingga Allah mengibaratkan pelakunya sebagai pemakan bangkai. Maka akankah kita menyantap bangkai setiap hari?? Mari bersama-sama kita menjauhkan diri dari hal demikian.
(sebuah nasehat untuk diriku sendiri, dan untuk orang-orang yang sudi mengikutinya... Amin)
Sumanto, pernah dengar nama itu?? tentu pernah, kalau belum, ini dia infonya; sumanto adalah seorang pria yang pernah menggegerkan pemberitaan nasional terkait prilaku yang ekstrim, yaitu memakan bangkai manusia!!!. ulahnya tersebut cukup mencengangkan sekaligus menjijikkan bagi siapapun yang mendengarnya.
hiii.. sosok pria ini seolah mewakili kenekatan kaum papa dalam mengatasi problem kepapannya.. sayangnya ia menampilkannya dengan cara norak, tanpa dilandasi ilmu pengetahuan dan logika keimanan.
Kita semua pasti sepakat (kecuali fans-nya sumanto, tentunya) bahwa apa yang telah dilakukan sumanto adalah pelecehan terhadap peradaban. Sepanjang sejarah ummat manusia, belum pernah ada pengakuan dan penerimaan terhadap budaya 'manusia memakan bangkai manusia' bagaimanapun buasnya manusia tersebut. Karena sejatinya bangkai (bangkai apapun itu), tidaklah tercipta untuk menjadi santapan bagi manusia. Terlebih manusia adalah makhluk termulia dari sekian banyak makhluk Tuhan di dunia, kemuliaan manusia tersebut ditandai adanya akal budi yang tidak dianugerahkan Allah SWT kepada makhluk lainnya.
Tapi biarlah sejarah menjadi pelajaran, cukuplah sumanto saja yang melakukan penyimpangan seperti itu, yang lain usah lah mengikuti jejaknya. dan cukuplah pula sampai di sini pembahasan tentang si aneh sumanto, karena tulisan ini memang tidak bermaksud mengupas tuntas tentang keanehannya. Namun, meski pembicaraan bukan lagi tentang sumanto, pembahasan selanjutnya masih tentang manusia yang juga identik dengan pemakan bangkai, yaitu si tukang gibah.
Kenapa gibah sampai diidentikkan dengan bangkai? memangnya apa itu gibah? berikut penjelasannya.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, gibah berarti membicarakan keburukan (kekurangan) orang lain. Sedangkan perumpamaan gibah sebagai memakan bangkai manusia disebutkan dalam ayat Al-Qur'an, penegasannya sebagai berikut:
"Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang." (QS. Al-Hujurat:12)
Ada beberapa ayat lain juga memperingatkan bagaimana pentingnya menjaga ucapan, seperti QS. Al-Isra' :12, QS. Qaf:18. ada pula beberapa hadis yang mengnjurkan selalu menjaga lisan, Hadis berikut adalah salah satunya:
"Dari Abu Musa ra, ia bertutur, "Aku bertanya, 'wahai Rasulullah, siapa yang paling utama di antara kaum muslimin?' Beliau menjawab, 'Ia adalah orang yang bisa menjaga lidah dan tangannya dari suka mengganggu dan melukai saudara-saudaranya sesama muslim," (Muttafaq alaih).
Dalam sebuah hadis dinyatakan, "Pada masa Rasulullah Saw. ada dua orang perempuan yang sedang mengerjakan puasa. Pada akhir siang menjelang sore, mereka merasa sangat lapar dan haus, sehingga hampir-hampir jatuh pingsan. Lalu keduanya menjumpai Rasulullah Saw. dan meminta izin untuk berbuka. Akan tetapi Rasulullah Saw. malah memberi mereka sebuah wadah, seraya berkata kepada mereka, 'muntahkanlah ke dalam wadah ini apa yang telah makan!' maka muntahlah salah seorang dari mereka berupa darah dan daging mentah sampai setengah wadah. Lalu muntah pula yang seorang lagi dengan muntahan persis seperti yang pertama, sehingga penuhlah wadah itu dengan muntahan keduannya. Maka heranlah orang-orang yang menyaksikannya. Lantas Rasulullah Saw. bersabda, Kedua wanita ini telah berpuasa dari apa yang telah dihalalkan Allah, akan tetapi mereka tidak mereka tidak berpuasa dari apa yang diharamkan Allah, keduannya suka mengumpat dan menggunjing orang (padahal hukumnya haram) sehingga inilah daging manusia, saudaranya sendiri yang mereka makan'."(Al-Ghazali, dalam Ihya' 'Ulumuddin:210)
Ayat dan Hadis di atas jelas sekali menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan hubungan sosial sesama manusia, dan secara eksplisit mengingatkan betapa pentingnya menjaga lidah dari membicarakan keburukan orang lain, demikian kejinya perbuatan tersebut sehingga Allah mengibaratkan pelakunya sebagai pemakan bangkai. Maka akankah kita menyantap bangkai setiap hari?? Mari bersama-sama kita menjauhkan diri dari hal demikian.
(sebuah nasehat untuk diriku sendiri, dan untuk orang-orang yang sudi mengikutinya... Amin)
Komentar
Bu Doktor Fadlilah,, kenapa tidak dari dulu hadir di blog ini?? kenapa baru sekarang ?? ok tidak ada kata "Baru sempat"..
Tulisan berikutnya kita nantikan Doktor Dila..
Have a nice day..... my best regards
trims.